Minggu, 11 Desember 2016

Kualitas Pendidikan di Indonesia dan Hubungannya Dengan Filsafat

Manusia memiliki berbagai potensi atau sumber daya untuk meningkatkan kualitas kehidupannya.sumber daya ini pada dasarnya baru merupakan kemungkinan layaknya lembaga atau benih pada tumbuh-tumbuhan.hasilnya baru akan terlihat apabila potensi tersebut dapa disalurkan melalui pengarahan,bimbingan maupun latihan yang terarah,teratur dan sinambung. Manusai sebagai makhluk yang dibekali dengan akal kan berusaha mencari sesuatu diluar dirinya yakni penegatahuan, yang kemudian terangkum menjadi ilmu pengetahuan.

Ilmu merupakan pengetahuan yang digumuli sejak sekola dasar pendidikan lanjutan dan perguruan tinggi, berfilsafat tentang ilmu berarti terus terang kepada diri sendiri. Ilmu membatasi lingkup penjelajahannya pada batas pengalaman manusia juga disebabkan metode yang digunakan dalam menyusun yang telah teruji kebenarannya secara empiris. Semua ilmu baik ilmu sosial maupun ilmu alam bertolak dari pengembangannya yaitu filsafat. Pada awalnya filsafat terdiri dari tiga segi yaitu (1)apa yang disebut benar dan apa yang disebut salah (logika); (2) mana yang dianggap baik dan mana yang dianggap buruk (etika); (3)apa yang termasuk indah dan apa yang termasuk jelek (estetika).

Dilihat dari sudur pandang individu,pendidikan merupakan usaha untuk membimbing dan menghubungkan potensi individu.sementara dari sudut pandang kemasyarakatan,pendidikan merupakan usaha pewarisan nilai-nilai budaya dari generasi tua kepada generasi muda,agar nilai-nilai budaya tersebut dapat terpelihara.dalam konteks ini dapat dilihat hubungan antara pendidikan dengan tradisi budaya dan kepribadian suatu masyarakat,betapa sederhananya masyarakat tersebut.

Hal ini dapat dilihat ketika tradisi sebagai muatan budaya senantiasa terlestarikan dalam masyarakat,dari generasi ke generasi berikutnya.pelestarian nilai-nilai budaya tersebut,bagaimanapun hanya akan mungkin terlaksana apabila ada pendukungnya secara sinambung dari generasi ke generasi.hubungan ini tentunya hanya akan mungkin terjadi bila para pendukung nilai tersebut data menularkannya kepada generasi penerusnya.

Transfer nilai-nilai budaya yang paling efektif adalah melalui proses pendidikan.dalam masyarakat modern,proses pendidikan tersebut didasarkan pada suatu system yang sengaja dirancang sebagai suatu program pendidikan secara formal.oleh sebab itu,dalam penyelenggaraannya dibentuk kelembagaan pendidikan formal.

Menurut Hasan Langgulung,pendidikan mencakup dua kepentingan utama,yaitu pengembangan potensi individu dan pewarisan nilai-nilai budaya.kedua hal ini berkaitan erat dengan pandangan hidup suatu masyarakat atau bangsa itu masing-masing.dengan kata lain,system pendidikan bagaimanapun sederhananya mengandung karakteristik tentang jati diri atau pandangan hidup masyarakat atau bangsa yang membuatnya.

Pandangan hidup yang merupakan jati diri ini berisi nilai-nilai yang dianggap sebagai sesuatu ang secara ideal adalah benar.dan nilai kebenaran itu sendiri berbeda antara masyaakat atau bangsa yang satu dengan yang lainnya.nilai-nilai kebenaran yang idealis ini disebut sebagai filsafa hidup yang dijadikan dasar dalam penyusunan system pendidikan.selain itu nilai-nilai tersebut juga sekaligus dijadikan tujuan yang akan dicapai dalam pelaksanaan system pendidikan dimaksud.

dalam nilia-nilai yang menjadi pandangan hidup tersebut,maka secara sistematis program pendidikan harus menempatkan nilai-nilai tadi sebagai landasan dasar,muatan,dan tujuan yang akan dicapai.

Manusia adalah makhluk yang memiliki beberapa potensi bawaan.dari sudut pandang yang dimiliki itu,manusia dinamai dengan berbagai sebutan.dilihat dari potensi inteleknya manusia disebut homo intelectus.manusia juga disebut sebagai homo faber,karena manusia memiliki kemampuan untuk membuat barang atau peralatan.kemudian manusia pun disebut sebagai homo sacinss atau homo saciale abima,karena manusia adalah mahkluk bermasyarakat.

Filsafat pendidikan,- seperti dikemukakan oleh Imam Barnadib, disusun atas dua pendekatan. pendekatan. Pertama bahwa filsafat pendidikan diartikan sebagai aliran yang didasarkan pada pandangan filosofis tokoh-tokoh tertentu. Sedangkan pandangan ke dua adalah usaha untuk menemukan jawaban dari pendidikan beserta problem-problem yang ada yang memerlukan tinjauan filosofis.

Dari pendekatan pertama,terkait dengan kualitas potensi manusia,terdapat tiga aliran filsafat.pertama,aliran natularisme,yang menyatakan bahwa manusia memiliki potensi bawaan yang dapat berkembang secara alami,tanpa memerlukan bantuan dari luar.secara alami manusia akan bertambah dan berkembang sesuai dengan kodratnya masing-masing.tokoh aliran ini adalah Jean Jacques Rosseau.

Kedua aliran empirisme.menurut aliran ini manusia bertumbuh dan berkembang atas bantuan atau karena adanya intervensi lingkungan.tokoh aliran ini adalah Schopenhauer.

Ketiga aliran konfergensi.yang memiliki pandangan gabungan antara empirisme dan naturalism.menurut aliran ini,manusia secara kodrati memang telah dianugrahi potensi yang disebut bakat.namun selanjutnya agar potensi itu dapat bertumbuh dan berkembang dengan baik,perlu adanya pengaruh dari luar berupa tuntunan dan bimbingan melalui pendidikan.tokoh aliran ini adalah Jhon Locke.

Ketiga aliran tersebut kemudian menjadi dasar pemikiran tentang manusia dalam kaitan dengan problema pendidikan.namun kemudian,Kohnstamm menambahkan factor kesadaran sebagai factor ke empat.dengan demikian menurutnya selain factor dasar (natur) dan factor ajar (empiri),yang kemudian dikonvergensikan,masih perlunya factor kesadaran individu.

Sumber:
Sang Pemimpin,. Indonesia Kualitas Manusia Pedidikan Sumberdaya Manusia,. Makasar 2013

Tidak ada komentar:

Posting Komentar