Filsafat dan Pendidikan Berkarakter
Filosofis Pendidikan Karakter
Pendidikan karakter terdiri dari dua kata, yaitu pendidikan dan karakter.
Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar
dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi
dirinya untuk memiliki kekuatan keagamaan, pengendalian diri, kepribadian,
kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya,
masyarakat, bangsa, dan negara.
1. menurut pemikiran
dari Ki Hajar Dewantara, pendidikan umumnya berarti daya upaya untuk memajukan
bertumbuhnya budi pekerti (kekuatan batin, karakter), pikiran (intelek), dan
tubuh anak.
2. Menurut istilah
karakter secara harfiah berasal dari bahasa Latin “charakter”, yang antara lain
berarti: watak, tabiat, sifat-sifat kejiwaan, budi pekerti, kepribadian atau
akhlak. Karakter adalah sifat kejiwaan, akhlak atau budi pekerti yang menjadi
ciri khas seseorang atau sekelompok orang. Maka pendidikan karakter dapat
diartikan sebagai sebuah system yang menamkan nilai kepada peserta didik, yang
mengandung komponen pengetahuan, kesadaran individu, tekad, serta adanya
kemauan dan tindakan untuk melakasanakan nilai-nilai, baik terhadap Tuhan, diri
sendiri, maupun sesama manusia. Menurut Tazkiroatun Musfiroh, karakter mengacu
pada serangkaian sikap (attitudes), perilaku (behaviors), motivasi
(motivations) dan keterampilan (skills).
Setiap paradigma pendidikan tidak bisa lepas dari akar filosofisnya. Dalam
filsafat pendidikan terdapat beberapa aliran yang saling merekonstruksi
masing-masing paradigma pendidikan tersebut. Dalam filsafat kontemporer
terdapat jenis aliran filsafat diantaranya aliran progresivisme, esensialisme,
perenialisme, eksistensialisme, dan rekonstruksialisme.
Dalam perspektif progresivisme, pendidikan bukanlah sekadar memberikan
pengetahuan, lebih dari itu pendidikan melatih kemampuan berpikir (aspek
kognitif). Akal membuat seseorang bersifat kreatif dan dinamis sebagai bekal
dalam menghadapi dan menyelesaikan problem yang dihadapi sekarang maupun masa
depan. Aliran inilah yang menjadi dasar atau landasan terbentuknya pendidikan
karakter. Pandangan yang mengatakan bahwa manusia memiliki potensi-potensi dan
kemampuan untuk mengatasi masalah-masalah. Progresivisme yang juga menaruh
kepercayaan terhadap kebebasan manusia dalam menentukan hidupnya, serta
lingkungan hidup yang dapat mempengaruhi kepribadiannnya.
Pada ranah Islam kita mengenal istilah filsafat akhlak. Fisafat akhlak ini
sangat dekat dengan tasawuf, karena tasawuf sebagai akar dari filsafat akhlak
yang memberikan pengaruh terhadap pembentukan karakter. Pemikir akhlak salah
satunya adalah Al-Ghazali dengan karyanya Ihya Ulum al-Din. Pendidikan akhlak
yang dipraktekkan secara terus menerus akan membentuk sebuah karakter
seseorang. Pendidikan akhlak pada konteks ini menginspirasi terbentuknya
pendidikan karakter dan penerapannya.
Sumber:
Nurla Isna Aunillah. Panduan Menerapkan
Pendidikan Karakter di Sekolah. (Yogyakarta: Penerbit Laksana. 2011).
Jene, Jeremias (2002). “Pendidikan
sebagai Kontrol Sosial dan Kebebasan Individu: Diskursus mengenai Pendidikan
menurut Plato” dalam Majalah Filsafat Driyarkara. Th. XXV Nomor 4, April 2002.
Majid, Abdul dkk, Pendidikan Karakter
Perspektif Islam, Bandung: PT. Remaja Rosdakarya. 2011
Asmani, Jamal Ma’mur, Buku Panduan
Internalisasi Pendidikan karakter di sekolah, Yogyakarta: DIVA Press. 2011.
Anna Farida. Pilar-pilar Pembangunan
Karakter Remaja. 2014.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar