Minggu, 11 Desember 2016

Filsafat dan Pendidikan Berkarakter

 Filsafat dan Pendidikan Berkarakter

Filosofis Pendidikan Karakter
Pendidikan karakter terdiri dari dua kata, yaitu pendidikan dan karakter. Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa, dan negara.
1.         menurut pemikiran dari Ki Hajar Dewantara, pendidikan umumnya berarti daya upaya untuk memajukan bertumbuhnya budi pekerti (kekuatan batin, karakter), pikiran (intelek), dan tubuh anak.
2.         Menurut istilah karakter secara harfiah berasal dari bahasa Latin “charakter”, yang antara lain berarti: watak, tabiat, sifat-sifat kejiwaan, budi pekerti, kepribadian atau akhlak. Karakter adalah sifat kejiwaan, akhlak atau budi pekerti yang menjadi ciri khas seseorang atau sekelompok orang. Maka pendidikan karakter dapat diartikan sebagai sebuah system yang menamkan nilai kepada peserta didik, yang mengandung komponen pengetahuan, kesadaran individu, tekad, serta adanya kemauan dan tindakan untuk melakasanakan nilai-nilai, baik terhadap Tuhan, diri sendiri, maupun sesama manusia. Menurut Tazkiroatun Musfiroh, karakter mengacu pada serangkaian sikap (attitudes), perilaku (behaviors), motivasi (motivations) dan keterampilan (skills).
Setiap paradigma pendidikan tidak bisa lepas dari akar filosofisnya. Dalam filsafat pendidikan terdapat beberapa aliran yang saling merekonstruksi masing-masing paradigma pendidikan tersebut. Dalam filsafat kontemporer terdapat jenis aliran filsafat diantaranya aliran progresivisme, esensialisme, perenialisme, eksistensialisme, dan rekonstruksialisme.
Dalam perspektif progresivisme, pendidikan bukanlah sekadar memberikan pengetahuan, lebih dari itu pendidikan melatih kemampuan berpikir (aspek kognitif). Akal membuat seseorang bersifat kreatif dan dinamis sebagai bekal dalam menghadapi dan menyelesaikan problem yang dihadapi sekarang maupun masa depan. Aliran inilah yang menjadi dasar atau landasan terbentuknya pendidikan karakter. Pandangan yang mengatakan bahwa manusia memiliki potensi-potensi dan kemampuan untuk mengatasi masalah-masalah. Progresivisme yang juga menaruh kepercayaan terhadap kebebasan manusia dalam menentukan hidupnya, serta lingkungan hidup yang dapat mempengaruhi kepribadiannnya.
Pada ranah Islam kita mengenal istilah filsafat akhlak. Fisafat akhlak ini sangat dekat dengan tasawuf, karena tasawuf sebagai akar dari filsafat akhlak yang memberikan pengaruh terhadap pembentukan karakter. Pemikir akhlak salah satunya adalah Al-Ghazali dengan karyanya Ihya Ulum al-Din. Pendidikan akhlak yang dipraktekkan secara terus menerus akan membentuk sebuah karakter seseorang. Pendidikan akhlak pada konteks ini menginspirasi terbentuknya pendidikan karakter dan penerapannya.
Sumber:
Nurla Isna Aunillah. Panduan Menerapkan Pendidikan Karakter di Sekolah. (Yogyakarta: Penerbit Laksana. 2011).
Jene, Jeremias (2002). “Pendidikan sebagai Kontrol Sosial dan Kebebasan Individu: Diskursus mengenai Pendidikan menurut Plato” dalam Majalah Filsafat Driyarkara. Th. XXV Nomor 4, April 2002.
Majid, Abdul dkk, Pendidikan Karakter Perspektif Islam, Bandung: PT. Remaja Rosdakarya. 2011
Asmani, Jamal Ma’mur, Buku Panduan Internalisasi Pendidikan karakter di sekolah, Yogyakarta: DIVA Press. 2011.
Anna Farida. Pilar-pilar Pembangunan Karakter Remaja. 2014.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar