Jumat, 25 November 2016

Pembelajaran Kooperatif di Sekolah Dasar

Salah satu metode pembelajaran yang berkembang saat ini adalah pembelajaran koopereatif. Pembelajaran ini menggunakan kelompok-kelompok kecil sehingga siswa-siswa saling bekerja sama untuk mencapai tujuan pembelajaran. Siswa dalam kelompok kooperatif belajar berdiskusi, saling membantu, dan mengajak satu sama lain untuk mengatasi masalah belajar. Pembelajaran kooperatif mengkondisikan siswa untuk aktif dan saling memberi dukungan dalam kerja kalompok untuk menuntaskan materi masalah dalam belajar (Isjoni, 2010: 20).

Pembelajaran kooperatif merupakan istilah umum untuk sekumpulan strategi pengajaran yang dirancang untuk mendidik kerja sama kelompok dan interaksi antarsiswa. Tujuan pembelajaran kooperatif setidak-tidaknya meliputi tiga tujuan pembelajaran, yaitu hasil belajar akademik, penerimaan terhadap keragaman, dan pengembangan keterampilan sosial. Pembelajaran kooperatif juga dapat diartikan sebagai salah satu model pembelajaran yang mendukung pembelajaran kontekstual. Sistem pengajaran kooperatif dapat didefinisikan sebagai sistem kerja atau belajar kelompok yang terstruktur. Yang termasuk di dalam struktur ini adalah lima unsur pokok yaitu saling ketergantungan positif, tanggung jawab individual, interaksi personal, keahlian bekerja sama, dan proses kelompok.

Falsafah yang mendasari pembelajaran Cooperative (pembelajaran gotong royong) dalam pendidikan adalah “homo homini socius” yang menekankan bahwa manusia adalah makhluk sosial. Sistem pembelajaran gotong royong atau cooperative learning merupakan system pengajaran yang memberi kesempatan kepada anak didik untuk bekerja sama dengan sesama siswa dalam tugas-tugas yang terstruktur.

Pembelajaran kooperatif dikenal dengan pembelajaran secara berkelompok. Tetapi belajar kooperatif lebih dari sekedar belajar kelompok atau kerja kelompok karena dalam belajar kooperatif ada struktur dorongan atau tugas yang bersifat kooperatif sehingga memungkinkan terjadinya interaksi secara terbuka dan hubungan yang bersifat interdepedensi efektif diantara anggota kelompok. Hubungan kerja seperti itu memungkinkan timbulnya persepsi yang positif tentang apa yang dapat dilakukan siswa untuk mencapai keberhasilan belajar berdasarkan kemampuan dirinya secara individu dan andil dari anggota kelompok lain selama belajar bersama dalam kelompok.

Contoh-contoh Kegiatan Kelompok

Contoh Model Pembelajaran Kooperatif, diantaranya :
  1. Example Non Example
  2. Cooperative Script
  3. Jigsaw
Example Non Example merupakan model pembelajaran yang menggunakan gambar sebagai media pembelajaran yang bertujuan mendorong siswa untuk belajar berfikir kritis dengan jalan memecahkan permasalahan-permasalahan yang terkandung dalam contoh-contoh gambar yang disajikan.

Penggunaan model pembelajaran Example non Example ini lebih menekankan pada konteks analisis siswa. Biasanya model pembelajaran ini digunakan di kelas tinggi, namun dapat juga digunakan di kelas rendah dengan menekankan aspek psikologis dan tingkat perkembanagn siswa kelas rendah, seperti :
  • Kemampuan bahasa tulis dan lisan siswa.
  • Kemampuan analisis ringan.
  • Kemampuan berinteraksi dengan siswa lain.
Gambar yang digunakan haruslah jelas dan kelihatan dari jarak jauh, sehingga anak yang berada di belakang juga dapat melihat dengan jelas. Model pembelajaran ini dapat menggunakan gambar dari OHP, Proyektor atau gambar-gambar sederhana dari poster.

Strategi yang diterapkan dari metode ini bertujuan untuk mempersiapkan siswa secara cepat dengan menggunakan 2 hal yang terdiri dari example dan non example dari suatu definisi konsep yang ada.
  • Example yaitu memberikan gambaran tentang sesuatu yang menjadi contoh suatu materi yang dibahas.
  • Non Example yaitu memberikan gambaran akan sesuatu yang bukanlah contoh suatu materi yang sedang dibahas.
Kelebihan model example dan non example:
  • Siswa lebih kritis dalam menganalisis gambar.
  • Siswa mengetahui aplikasi dari materi berupa contoh gambar.
  • Siswa diberi kesempatan untuk mengemukakan pendapatnya.
Kekurangan model example dan non example:
  • Tidak semua materi dapat disajikan dalam bentuk gambar.
  • Memakan waktu lama.
Cooperative Script adalah metode belajar dimana siswa bekerja berpasangan dan secara lisan mengikhtisarkan bagian-bagian dari materi yang dipelajari. Dalam pembelajaran kooperatif, para siswa dilatih untuk dapat bekerjasama dan mengakui perbedaan pendapat dengan orang lain.

Kelebihan model cooperative script:
  • Setiap siswa mendapat peran.
  • Melatih pendengaran, ketelitian/kecermatan.
  • Melatih mengungkapkan kesalahan orang lain dengan lisan.
Kekurangan model cooperative script:
  • Hanya dapat digunakan untuk mata pelajaran tertentu
  • Koreksi hanya dilakukan pada dua orang tidak melibatkan seluruh kelas. Sehingga siswa harus memiliki keaktifan pada proses pembelajaran.
Jigsaw atau model tim ahli, yaitu kelas dibagi menjadi beberap kelompok atau tim yang masing-masing terdiri dari 4-5 orang anggotanya bersifat heterogen. Bahan akademik disajikan kepada siswa dalam bentuk teks dan tiap siswa diberi tanggung jawab untuk mempelajari satu bagian dari bahan akademik tersebut. Para anggota dari berbagai kelompok atau tim yang berbeda memiliki tanggung jawab untuk mempelajari satu bagian bahan akademik yang sama dan selanjutnya berkumpul untuk saling membantu mengkaji bahan tersebut. Kelompok siswa yang dimaksut adalah “kelompok pakar (expert group)”.

Evertson, Carolyn M. & Edmund T. Emmer . 2011. Manajemen Kelas untuk Guru Sekolah Dasar edisi kedelapan. Jakarta: Kencana.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar