Jumat, 25 November 2016

Artikel Filsafat Pendidikan



ARTIKEL FILSAFAT PENDIDIKAN

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Teori pendidikan yang mula-mula dikenal dalam sejarah ialah filsafat pendidikan (the philosophi of Education) sebagai bagian dari sistem berpikir filsafat tertentu, sejajar dengan adanya penerapan ajaran agama tertentu ke dalam pendidikan. Setiap filsafat, baik aliran filsafat, filsafat hisup, maupun filsafat agama, mempunyai pandangan sendiri tentang alam semesta, trerkait dengan empat kelompok persoalan/permasalahan utama dalam berpikir yaitu (a) kenyataan hakiki (teori realitas/ontologi atau metafisika, yang mempersoalkan apakah hakekat dari segalasesuatu yang ada), (b) pengetahuan manusia teori pengetahuan /epistemologi yang mempersoalkan apakh kebenaran dan dapatkah kita mencapai pengetahuan yang yang benar ? ,(c) nilai dan norma (teori/aksiologi/estetika, moralitas dan etika, yang mempersoalkan.. Apakah arti apresiai dan menyikapi nilai , dan mengapa perbuatan nilai moral melebihi tahap apresiasi?, serta (d) hakekat manusia yang mendidik/diperlakukan dalam pendidikan (antropologi kefilsafatan yang mempersoalkan: Apa hakekat manusia, bagaimana hubungannya dengan segala sesuatu dengan sesama ?

Dalam hubungan ini di semua masyarakat modern secara praktis terdapat aliran-aliran secara praktis (a) naturalisme (b) Idealisme (c) Realisme (d) pragmatiusme (e) eksistensialisme (f) eklektisisme.Filsafat pendidikan ialah tumbuh sejak jaman Yunani klasik (dirintis Plato, aristoteles0,jaman khilafiah islam (filsafat islami Al- Kindi, Ibnu Khaldun) jaman skolastik (Augustinus, Aquino) jaman modern (locke, Schopenhaver, Rousseau, Herbart) dan jaman kontenporer (dewey, Home, Broudy, Adler, Brameld, Sicheld Di Amerika, Lyotard, Derrida di Perancis dan Habermas di Jerman.tetapi 2 abad yang lalu di Eropa (setelah Rousseau di abad 18 membuat temuan “konsep anak didik” yang sesuangguhnya sesuai dengan konsep islami, bahwa setiap anak bukan saja individu berukuran miniatur dan bersifat individual melainkan adalah mahluk manusia yang berbeda dari orang dewasa)timbullah pendekatan developmental, yakni penerapan paedalogi atau antropologi tentang anak/antrophplogie des Kindes terhadap pendidikan anak, remaja dan pemuda sebagai “ pendidikan sejati” dengan demikian pada abad ke 19 timbul dualisme dalam teori pendidikan atau ilmu pendidikan antara filosofis dan pendekatan empirik ilmiah. Pada 20 selain dualisme tersebut tumbuh pula pendekatan terpadu antara dualime tersebut tumbuh pula pendekatan terpadu antara dualisme filosofik-empirik kedalam pendekatan pedagogik. Dimana ilmu mendidik dalam arti pedagogik., teoritis melakukan sinoptik antara pendekatan empirik dilengkapi pendekatan filosofis terhadap pendidikan aqnak secara keseluruhan dalan tahap perkembangan anak/remaja sampai menjadi dewasa melalui transisi kewibawaan sejak masa remaja puber (pasca anak sejati).

PEMBAHASAN

Apa Filsafat Pendidikan itu?

Beberapa pengertian Filsafat Pendidikan yang dikemukakan oleh beberapa para pakar:
Kilpatrick mengemukakan dalam buku Philosophy of Education (10:32) bahwa: Philophizing and education are: then but two stage of the same endeavor philosophing to think out better values and idealisme, education to realizethese in life. In human personality.Education acting out of the best direction philosophizing in can give. Tries and beginning primarly with the youn, to leadpeople to build critrized values to their character, and in this way to get the heighest ideals of philisophy progressively in their lives.
Artinya berfilsafat dan mendidik adalah dua fase dalam satu usaha. Berfilsafat adalah memikirkan dan mempertimbangkan nilai-nilai dan cita-cita itu dalam di dalam kehidupan dan dalam kepribadiaan manusia. Mendidik ialah mewujudkan nilai-nilai yang disumbangkan filsafat, dimulai dengan generasi muda, nilai untuk membimbing rakyat membina nilai-nilai di dalam kepribadian mereka dan melembagakan dalam kehidupan mereka

Dalam Filsafat terdapat berbagai madzhab, aliran-aliran seperti materialisme, idealisme, realisme, pragmatisme, dan lain-lainnya. Karena filsafat pendidikan merupakan terapan dari filsafat, sedang filsafat beraneka ragam alirannya. Maka dalam filsafat pendidikan pun kita akan temukan berbagai aliran, sekurang-kurangnya sebanyak aliran dalam filsafat itu sendiri.

Pendidikan adalah upaya mengembangkan potensi-potensi manusiawi peserta didik baik potensi fisik potensi cipta, rasa, maupun karsanya, agar potensi itu menjadi nyata dan dapat berfungsi dalam perjalanan hidupnya. Dasar pendidikan adalah cita-cita kemanusiaan universal. Pendidikan bertujuan menyiapkan pribadi dalam keseimbangan, kesatuan. organis, harmonis, dinamis. Guna mencapai tujuan hidup kemanusiaan. Filsafat pendidikan adalah filsafat yang digunakan dalam studi mengenai masalah-masalah pendidikan.

Beberapa aliran filsafat pendidikan;
  • Filsafat pendidikan progresivisme yang didukung oleh filsafat pragmatisme. 
  • Filsafat pendidikan esensialisme yang didukung oleh idealisme dan realisme; dan 
  • Filsafat pendidikan perenialisme yang didukung oleh idealisme. 
Progresivisme berpendapat tidak ada teori realita yang umum. Pengalaman menurut progresivisme bersifat dinamis dan temporal; menyala. Tidak pernah sampai pada yang paling ekstrem, serta pluralistis. Menurut progresivisme, nilai berkembang terus karena adanya pengalaman-pengalaman baru antara individu dengan nilai yang telah disimpan dalam kebudayaan. Belajar berfungsi untuk mempertinggi taraf kehidupan sosial yang sangat kompleks. Kurikulum yang baik adalah kurikulum yang eksperimental, yaitu kurikulum yang setiap waktu dapat disesuaikan dengan kebutuhan.

Dengan demikian jelaslah bahwa filsafat pendidikan itu adalah filsafat yang memikirkan tentang masalah kependidikan. Oleh karena itu ada kaitan dengan pendidikan, maka filsafat diartikan sebagai teori pendidikan dalam segala tingkat. 

Dalam pengertian yang singkat Filsafat pendidikan adalah sebagaimana didefinisikan oleh Muhammad Labib al-Najihi, yaitu: suatu aktivitas yang teratur yang menjadikan filsafat itu sebagai jalan mengatur, menyelaraskan dan memadukan proses pendidikan.

John Dewey memandang pendidikan sebagai suatu Proses pembentukan kemampuan dasar yang fundamental , baik menyangkut daya pikir (intelektual) maupun daya perasaan (emosional) menuju kearah tabiat manusia, maka filsafat juga dapat diartikan sebagai teori umum pendidikan (Democrasy and Education P 383).

Filsafat pendidikan menurut Al-Syaibany (1979) adalah ”pelaksanaan pandangan falsafah dan kaidah falsafah dalam bidang pendidikan. Filafat itu mencerminkan satu segi dari segi pelaksanaan falsafah umum dan menitik beratkan pada pelaksanaan prinsip-prinsip yang menjadi dasar dari falsafah umum dalam menyelesaikan maslah-masalah pendidikan secara praktis”. Seperti halnya filsafat yang berusaha untuk memahami kenyataan sebagai penjelasan yang menyeluruh dan sistematis, begitu pula dengan filsafat pendidikan yang berusaha untuk memahami pendidikan secara keseluruhan, menjelaskannya dengan konsep umum yang akan menuntun pilihan kita pada tujuan pendidikan dan kebijakan pendidikan. Melalui cara yang sama dengan filsafat umum yaitu mengkoordinasi penemuan-penemuan dari sains yang berbeda, filsafat pendidikan menjelaskan mengenai penemuan ini dan dihubungkan dengan pendidikan. Teori ilmiah tidak membawa maksud pendidikan secara langsung, teori ilmiah tidak dapat digunakan dalam praktek pendidikan tanpa memeriksanya dahulu dengan menggunakan filsafat. Filsafat pendidikan bergantung pada filsafat yang umum untuk memperluas bahwa permasalahan pendidikan merupakan salah satu karakter dari filsafat. Kita tidak dapat mengecam kebijakan pendidikan yang ada atau menyarankan kebijakan yang baru tanpa menyadari beberapa permasalahan filsafat umum, seperti:
  • Sifat dasar kehidupan, dimana pendidikan seharusnya menentukan. 
  • Sifat dasar manusia itu sendiri, karena manusia adalah yang dididik. 
  • Sifat dasar masyarakat, karena pendidikan adalah proses sosial. 
  • Sifat dari kenyataan, dimana semua pengetahuan mencarinya. 
Seperti halnya filsafat umum, filsafat pendidikan merupakan hal yang spekulatif, preskritif, dan analitis. Filsafat pendidikan spekulatif ketika mencari teori tertentu mengenai sifat-sifat dasar manusia, masyarakat dan dengan tujuan untuk menjelaskan mengenai konflik data hasil suatu penelitian pendidikan dan ilmu pengetahuan sosial. Filsafat pendidikan bersifat preskriptif ketika filsafat pendidikan menetapkan tujuan dari pendidikan yang harus dipatuhi dan dicapai. Filsafat pendidikan bersifat analitis ketika mengklarifikasi pernyataan yang bersifat spekulatif dan preskriptif. Seorang analis, seperti yang kita lihat, memeriksa rasionalitas dari gagasan-gagasan pendidikan, kekonsistenan dengan gagasan lain, dan memeriksa hal-hal yang menyimpang. Seorang analis memeriksa logika konsep-konsep dan kekurangannya menjadi suatu produk yang dapat dijelaskan. Selain itu, seorang analis juga melakukan klarifikasi pengertian yang berbeda-beda yang telah digunakan dalam istilah-istilah pendidikan seperti ”kebebasan”, ”penyesuaian”, ”perkembangan”, ”pengalaman”, ”kebutuhan”, dan ”pengetahuan”. Sekarang kita telah siap untuk menerima berbagai cabang dari filsafat, terutama metafisik, yang sangat berhubungan dengan pendidikan.

Untuk Apa Filsafat Pendidikan?

Filsafat pendidikan yang lahir dan menjadi bagian dari rumpun konsep ilmu pendidikan sebagai ilmu pengetahuan normatif, merupakan disiplin ilmu yang merumuskan kaidah-kaidah norma atau nilai yang akan dijadikan ukuran tingkah laku manusia yang hidup di tengah-tengah masyarakat. Dengan sendirinya ilmu ini berkaitan pula dengan ilmu pengetahuan normatif lainnya seperti agama, filsafat, sosiologi, kebudayaan yang menjadi sumber nilai atau norma hidup dan pendidikan yang sekaligus akan menentukan tingkah laku perbuatan manusia dalam kehidupan dan penghidupannya. 

Selanjutnya filsafat pendidikan yang lahir dari ilmu pendidikan sebagai ilmu pengetahuan praktis dikandung maksud bahwa tugas pendidikan sebagai aspek kebudayaan mempunyai tugas untuk menyalurkan nilai-nilai hidup serta melestarikan dan mengembangkan nilai-nilai norma tingkah laku kepada subyek didik yang bersumber dari agama, filsafat dan kebudayaan yang berlaku di dalam masyarakat atau negara.

Dari argumentasi-argumentasi yang merupakan dasar alasan lahirnya konsep dan rumusan filsafat pendidikan yang telah disebutkan memberikan pengertian pula kepada kita bahwa ilmu ini penting pula untuk dipelajari dan diketahui oleh pendidik atau guru, karena:
  • Bahwa setiap manusia atau individu harus bertindak, termasuk bertindak dalam pendidikan, secara sadar dan terarah untuk tujuan yang pasti serta atas keputusan batinnya sendiri. 
  • Bahwa setiap individu harus memiliki tanggung jawab, termasuk tanggung jawab dalam pendidikan, yang tinggi rendahnya nilai kualitas tanggung jawab tersebut akan banyak ditentukan oleh sistem nilai dasar norma yang melandasinya. 
  • Tidak dapat dipungkiri bahwa setiap manusia yang hidup tentu memiliki filsafat hidup, demikian pula manusia yang hidup dalam dunia pendidikan harus memiliki filsafat pendidikan yang merupakan guide post, tonggak papan penunjuk jalan, sumber dasar dan tujuan tindakan dan tanggung jawabnya dalam kegiatan pendidikan. 
  • Suatu kenyataan pula bahwa terdapat keragaman aliran-aliran pendidikan, ke arah mana individu pendidik harus menentukan pilihannya secara bebas dan bertanggung jawab, terbuka, kritis dengan meninjaunya dari segala segi, baik positif maupun negatif. 
  • Pada suatu saat dimana individu pendidik telah menentukan pilihannya, maka ia tidak netral lagi, dan menyakini serta mengamalkan aliran filsafat pendidikannya dengan penuh rasa tanggung jawab. 
Dari uraian tersebut dapat dipahami bahwa filsafat pendidikan merupakan tata pola pikir terhadap permasalahan di bidang pendidikan dan pengajaran yang senantiasa mempunyai hubungan dengan cabang-cabang ilmu pendidikan yang lain, yang kesemuanya diperlukan oleh pendidik atau guru sebagai pengajar dalam bidang studi tertentu dan atau seorang ayah atau ibu yang mengajarkan akidah akhlak kepada putera-puteri mereka dalam keluarga.

Mengapa Filsafat Pendidikan?

Filsafat pendidikan dalam arti luas dapat dibedakan dalam dua jenis (Mudyahardjo, R 2001), yaitu: (1) filsafat praktek pendidikan dan (2) filsafat ilmu pendidikan. Filsafat praktek pendidikan adalah analisis kritis dan komprehensif tentang bagaimana seharusnya pendidikan diselenggarakan dan dilaksanakan dalam kehidupan manusia. Filsafat praktek pendidikan dapat dibedakan menjadi: filsafat proses pendidikan (biasanya hanya disebut filsafat pendidikan) dan filsafat sosial pendidikan. Filsafat proses pendidikan adalah analisis kritis dan komprehensif tentang bagaimana seharusnya kegiatan pendidikan dilaksanakan dalam kehidupan manusia. 

Filsafat proses pendidikan biasanya membahas tiga masalah pokok, yaitu:
  • Apakah sebenarnya pendidikan itu? 
  • Apakah tujuan pendidikan itu sebenarnya, dan dengan cara apakah tujuan pendidikan itu dapat dicapai? (Henderson, 1959) 
Filsafat sosial pendidikan merupakan analisis kritis dan komprehensif tentang bagaimanaseharusnya pendidikan diselenggarakan dalam tatanan manusia idaman. Filsafat sosial pendidikan, terkait dengan tiga masalah pokok, antara lain: hakekat kesamaan pendidikan dan pendidikan, hakekat kemerdekaandan pendidikan, dan hakekat demokrasi dan pendidikan. 

Secara konsepsional filsafat ilmu pendidikan didefinisikan sebagai analisis kritis komprehensif tentang pendidikan sebagai salah satu bentuk teori pendidikan yang dihasilkan melalui riset, baik kualitatif maupun kuantitatif. Objek filsafat ilmu pendidikan dapat dibedakan dalam empat kategori, yaitu:
  • Ontologi ilmu pendidikan, membahas tentang hakekat substansi dan pola organisasi ilmu pendidikan. 
  • Epistemologi ilmu pendidikan, membahas tentang hakekat objek formal dan material ilmu pendidikan. 
  • Metodologi ilmu pendidikan, membahas tentang hakekat cara-cara kerja dalam menyusun ilmu pendidikan, dan 
  • Aksiologi ilmu pendidikan, membahas tentang hakekat nilai kegunaan teoritis dan praktis ilmu pendidikan 
Menurut Waini Rasyidin (2007 : 120) bahwa Pendidikan bukan sekedar program bimbingan, pengajaran dan/atau latihan ilmu pendidikan, ilmu pendidikan bukan juga sekedar ilmu mengajar , ilmu bimbingandan atau teknik latihan seperti yang selama ini dibina oleh pihak pimpinan dan birokrasi jajaran pendidikan nasional di pusat provinsi dan daerah . Pendidikan mencakup mendidik dan mengajar dalam bentuk mikro di lingkungan relasi kesetaraan manusia yang berinteraksi tatap muka tertentu, yaitu antaraorang-orang yang mempunyai kualitas relasi pribadi dan sekurangnya mengenal satu relasi antar manusia sebagai relasi antar subjek dalam lingkup makro. Kualitas hubungan pribadi menjadi landasan dari kualitas mengajar dan mendidik sehingga dalam linkup makriopemeliharaan kualitas memerlukan alat banntu sarana pengajaran pendidikan.kualitas mendidik atas dasar relasi interensani antara pendidik dan terdidik sebagai sesama subjek pendidikan dipelajari oleh ilmu paedagogik sebagai ilmu dasar dari ilmu pendidikan dalam arti luas. 

Bagaimana Filsafat Pendidikan itu?

Merupakan terapan dari filsafat umum, maka selama membahas filsafat pendidikan akan berangkat dari filsafat. Filsafat pendidikan pada dasarnya menggunakan cara kerja filsafat dan akan menggunakan hasil-hasil dari filsafat, yaitu berupa hasil pemikiran manusia tentang realitas, pengetahuan, dan nilai.

Dalam filsafat terdapat berbagai mazhab/aliran-aliran, seperti materialisme, idealisme, realisme, pragmatisme, dan lain-lain. Karena filsafat pendidikan merupakan terapan dari filsafat, sedangkan filsafat beraneka ragam alirannya, maka dalam filsafat pendidikan pun kita akan temukan berbagai aliran, sekurang-kurnagnya sebanyak aliran filsafat itu sendiri.

Brubacher (1950) mengelompokkan filsafat pendidikan pada dua kelompok besar, yaitu:
  • Filsafat pendidikan “progresif” Didukung oleh filsafat pragmatisme dari John Dewey, dan romantic naturalism dari Roousseau.
  • Filsafat pendidikan “ Konservatif”. Didasari oleh filsafat idealisme, realisme humanisme (humanisme rasional), dan supernaturalisme atau realisme religius.Filsafat-filsafat tersebut melahirkan filsafat pendidikan esensialisme, perenialisme dan sebagainya.
Ruang lingkup Filsafat Pendidikan ?

Beberapa Aliran Filsafat dalam Pendidikan

Menurut Anna Pujiadi adalah Beberapa aliran filsafat pendidikan yang berpengaruh dalam pengembangan pendidikan, misalnya, idealisme, realisme, pragmatisme, humanisme, behaviorisme, dan konstruktivisme.
  • Idealisme berpandangan bahwa pengetahuan itu sudah ada dalam jiwa kita. Untuk membawanya pada tingkat kesadaran perlu adanya proses introspeksi. Tujuan pendidikan aliran ini membentuk karakter manusia. Aliran realisme berpandangan bahwa hakikat realitas adalah fisik dan ruh, bersifat dualistis. Tujuan pendidikannya membentuk individu yang mampu menyesuaikan diri dalam masyarakat dan memiliki rasa tanggung jawab kepada masyarakat. 
  • Pragmatisme merupakan kreasi filsafat dari Amerika, dipengaruhi oleh empirisme, utilitarianisme, dan positivisme. Esensi ajarannya, hidup bukan untuk mencari kebenaran melainkan untuk menemukan arti atau kegunaan. Tujuan pendidikannya menggunakan pengalaman sebagai alat untuk menyelesaikan hal-hal baru dalam kehidupan priibadi dan masyarakat. 
  • Humanisme berpandangan bahwa pendidikan harus ditekankan pada kebutuhan anak (child centered). Tujuannya untuk aktualisasi diri, perkembangan efektif, dan pembentukan moral. 
  • Paham behaviorisme memandang perubahan perilaku setelah seseorang memperoleh stimulus dari luar merupakan hal yang sangat penting. Oleh sebab itu, pendidikan behaviorisme menekankan pada proses mengubah atau memodifikasi perilaku. Tujuannya untuk menyiapkan pribadi-pribadi yang sesuai dengan kemampuannya, mempunyai rasa tanggung jawab dalam kehidupan pribadi dan masyarakat. 
  • Menurut paham konstruktivisme, pengetahuan diperoleh melalui proses aktif individu mengkonstruksi arti dari suatu teks, pengalaman fisik, dialog, dan lain-lain melalui asimilasi pengalaman baru dengan pengertian yang telah dimiliki seseorang. Tujuan pendidikannya menghasilkan individu yang memiliki kemampuan berpikir untuk menyelesaikan persoalan hidupnya. 
Penerapan Filsafat Pendidikan?

Tokoh filsafat memiliki sistem pemikiran yang berbeda dalam menjelaskan empat permasalahan abadi, yaitu masalah hakekat yang ada, hakekat pegetahuan,hakekat nilai, dan hakekat manusia. Oleh karena itu, muncul berbagai aliran yang spesifik untuk tiap-tiap tokoh, seperti Socrates dan Plato dengan “Idealisme”, Aristoteles dengn “Realisme”, John Dewey dengan aliran “Pragmatisme”, Soren Kierkegaard dengan aliran “Eksistensialisme”, dan lain sebagainya. 

Dengan dasar empat permasalahan abadi inilah yang digunakan untuk menafsirkan dan mengimplementasikannya ke dalam dunia pendidikan. Pertanyaannya adalah mengapa pendidikan menggunakan pendekatan pemikiran filosofis? Pendidikan adalah suatu bidang kajian baik secara teoritik maupun praktek yang tidak bisa dilepaskan dengan masalah kehidupan, terutama masalah tujuan hidupnya, masalah nilai, masalah pengembangan pribadi, dan masalah kebenaran/pengetahuan. Sehingga setiap pendidikan yag dilaksanakan di suatu negara akan menggambarkan bagaimana pandangan filosofi negara tersebut. Dengan demikian, pandangan hidup bangsa Indonesia yang Pancasilais semestinya diimplementasikan dalam praktek pendidikan baik di keluarga, sekolah dan masyarakat. Marilah kita telaah lebih lanjut tentang mazhab-mazhab filsafat pendidikan dalam hubungannya dengan sosok hasil dari studi filsafat pendidikan, dan kegunaannya bagi mereka yang bergerak di dunia profesionalisme kependidikan.

Melly Sri Sulastri mengemukakan bahwa seorang pendidik perlu memahami aliran-aliran filsafat pendidikan dalam pendidikan karena mempunyai manfaat dalam menjalankan peran sebagai pendidik dimana manfaatnya dalam kehidupan adalah sebagai fundamen dasar dalam:
  • Mengambil keputusan 
  • Bertindak 
  • Mengurangi salah paham dan konflik 
  • Bersiap siaga menghadapi situasi dunia yang selalu berubah 
Seorang pendidik tidak harus menjadi seorang penganut aliran tertentu , tetapi dapat menggunakan aliran –aliran filsafat secara eklektif, karena pendidikan bersifat sitiasional . Pemilihan filsafat harus dilakukan secara hati-hati dan dipilih karena alasan bernilai positif serta sesuai dengan norma dan agama dengan tidak bertentangan dengan pandangan masyarakat.

Filsafat Pendidikan melandasi implementasi pendidikan, khususnya PTK. Pendidikan merupakan suatu kebutuhan untuk hidup dan berfungsi sebagai pembaharuan hidup.hidup itu selalu berubah dan selalu menuju ke arah pembaharusn. Dalam memenuhi kebutuhan hidup tersebut terjadi interaksi antara individu dengan lingkungan dan masyarakatnya. Upaya untuk kelangsungan hidup itulah diperlukan suatu usaha guna mendidik anggota masyarakat yang akan meneruskan usaha pemenuhan kebutuhan pendidikan, sesuai dengan minat pribadi dan anggota masyarakat itu namun perubahan hidup itu tidak berlangsung secara mudah dan otomatis melainkan banyak tergantung kepada teknologi dan ilmu pengetahuan perwujudan moral kemanusiaan.

Pragmatis Dewey lebih menekankan kepada interaksi individu dengan lingkungannnya. Tujuan pendidikan diambil dari masyrakat dimana si anak peserta didik hidup, karena pendidikan berlangsung dalam kehidupan. Tujuan pendidikan tidak berada diluar diluar kehidupan melainkan dalam kehidupan itu sendiri. Untuk menyusun suatu program pendidikan, pragmatisme mengemukakan tiga kriteria yang harus diperhatikan. Pertama tujuan pendidikan harus bersumber kepada situasi kehidupan yang berlangsung Kedua tujuan pendidikan harus fleksibel. Terakhir tujuan pendidikan harus mencerminkan aktivitas bebas “Individual with special needs are served through vocasional education” (Miller 1985 :67) tujuan pendidikan menurut Dewey bersifat temporer yang berarti apabila sutu tujuan telah tercapai, maka hasil tujuan tersebut men jadi alat untuk mencapai tujuian berikutnya.

Pengetahuan yang benar, Dewey menekankan kepada pengalaman indera, belajar sambil melakukan (learning by doing) dan mengembangkan intelegensia, sehingga anak dapat menemukan masalah dan dapat memecahkannya. Dengan pertimbangan itu , bahan pelajaran harus mengaqndung ide-ide yang dapat mengembangkan situasi untuk mencapai tujuaan pendidikan . Sekolah adalah lembaga pendidikan yang mengatur lingkungan belajar sesuai dengan kehidupan nyata yang ada di masyarakat. Di sekolah anak didik belajar apa yang ada di kahidupan, sehingga dapat mengantarkan anak untuk menciptakan kehidupan yang lebih baik.

Pragmatisme mengakui bahwa pikiran anak aktif, dan kreatif, tidak begitu saja meneri darin gurunya. Dalam situasi belajar, dimana anak dihadapkan pada masalah-masalah utama yang dihadapi masyarakat . anak didorong untuk berupaya memecahkan maslah yang diberikan oleh gurunya, sehingga mereka mereka memiliki penertian yang komprehensif tentang hal yang dipelajarinya. Park dalam (Sukmadinata 1988 : 17) mengemukakan bahwa “ to learn from experience is to make backward and forward conection between what we have to do thing and what we enjoy of suffer from things in consequence”.

KESIMPULAN

  1. Filsafat pendidikan itu adalah filsafat yang memikirkan tentang masalah kependidikan. Oleh karena itu ada kaitan dengan pendidikan, maka filsafat diartikan sebagai teori pendidikan dalam segala tingkat. 
  2. Filsafat pendidikan yang lahir dan menjadi bagian dari rumpun konsep ilmu pendidikan sebagai ilmu pengetahuan normatif, merupakan disiplin ilmu yang merumuskan kaidah-kaidah norma atau nilai yang akan dijadikan ukuran tingkah laku manusia yang hidup di tengah-tengah masyarakat 
  3. Filsafat pendidikan dalam arti luas dapat dibedakan dalam dua jenis yaitu: (1) filsafat praktek pendidikan dan (2) filsafat ilmu pendidikan. Filsafat praktek pendidikan adalah analisis kritis dan komprehensif tentang bagaimana seharusnya pendidikan diselenggarakan dan dilaksanakan dalam kehidupan manusia. 
  4. Filsafat pendidikan pada dasarnya menggunakan cara kerja filsafat dan akan menggunakan hasil-hasil dari filsafat, yaitu berupa hasil pemikiran manusia tentang realitas, pengetahuan, dan nilai. 
  5. 5 Aliran filsafat pendidikan yang berpengaruh dalam pengembangan pendidikan, misalnya, idealisme, realisme, pragmatisme, humanisme, behaviorisme, dan konstruktivisme. 
  6. Hakekat pegetahuan,hakekat nilai, dan hakekat manusia. Oleh karena itu, muncul berbagai aliran yang spesifik untuk tiap-tiap tokoh, seperti Socrates dan Plato dengan “Idealisme”, Aristoteles dengn “Realisme”, John Dewey dengan aliran “Pragmatisme”. 
  7. Pragmatisme mengakui bahwa pikiran anak aktif, dan kreatif , tidak begitu saja meneri dari gurunya. Dalam situasi belajar, dimana anak dihadapkan pada masalah-masalah utama yang dihadapi masyarakat aliran “Eksistensialisme”. 


DAFTAR PUSTAKA

  1. Asari Djohar, (2007) Rujukan Filsafat, Teori dan Praksis Ilmu Pendidikan, UPI press. 
  2. Arbi, Sutan Zanti. 1988. Pengantar Kepada Filsafat Pendidikan. Jakarta: P2LPTK. 
  3. Butler, J.D. (1968), Four Philosophies and Their Practice in Education and Religion (3rd edition). New York: Harper & Row. 
  4. Juhaya S. Praja. (2008) , Aliran-alirian Filsafat dan Etika, Prenada Media Jakrta, 2008 
  5. Kneller, George F. 1971. Introduction to the Philosophy of Education. John Willey Sons Inc, New York. 
  6. Miller. Melvin D.(1985) “Principles and A Philosophy for Vocational Education” The Ohio State University. Columbus, Ohio 
  7. Melly Sri Sulastri Rifai,Rekomendasi memahami Filsafat Pendidikan , Guru Besar Emeritus, Universitas pendidikan Indonesia 
  8. Muzayyin, Arifin. (2010). Filsafat Pendidikan Islam (edisi revisi, cetakan kelima). Jakarta: PT Bumi Aksara. 
  9. Nana Syaodih Sukmadinata (1988). Prinsip dan Landasan Pengembangan Kurikulum, Jakarta : Depdikbud, P2LPTK. 
  10. Prasetya. (2002). Filsafat Pendidikan (cetakan III). Bandung: Pustaka Setia. 
  11. Redja Mudyaharjo ( 2008) , Filsafat ilmu Pendidikan, PT Remaja Rosda karya Bandung. 
  12. Suriasumantri, Jujun S. 1993. Filsafat Ilmu Sebuah Pengantar Populer. Jakarta: Pustaka Sinar Harapan. 
  13. Syam, Mohammad Noor. 1983. Filsafat Pendidikan dan Dasar. Surabaya: Usaha Nasional. 
  14. Setjoatmodjo, Pranjoto. 1988. Filsafat Ilmu Pengetahuan. Jakarta: P2LPTK. Jakarta: P2LPTK 
  15. Sadulloh, U. 2003. Pengantar Filsafat Pendidikan. CV Alfabeta, Bandung 
  16. Suyitno, Modul Filsafat Pendidikan Fakultas Ilmu Pendidikan. 
  17. Soedijarto. 1993. Menuju Pendidikan Nasional yang Relevan dan Bermutu. Balai Pustaka, Jakarta. 
  18. Waini Rasyidin, 
  19. Zamroni. 2000. Paradigma Pendidikan Masa Depan. PT Bayu Indra Grafika, Yogyakarta. 

2 komentar: